MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA
MAKALAH
FILSAFAT PENDIDIKAN
FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA
DOSEN : INDRA BUDIMAN S.Pd M.Pd
Disusun Oleh :
SUTISTO (
NPM : 1610631050145 )
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA
2017
DAFTAR
ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah....................................................................... i
B. Rumusan
Masalah................................................................................. i
C. Tujuan
Masalah..................................................................................... i
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Filsafat................................................................................ 5
B. Pengertian
Pendidikan.......................................................................... 7
C. Pengertian
Matematika......................................................................... 9
D. Hubungan
Filsafat dengan Pendidikan................................................ 9
E. Hubungan
Filsafat ilmu pendidikan matematika.................................. 10
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan
syukur ke hadirat Allah SWT, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan tugas ini,
yang berjudul “FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA”.
Penyusun menyadari sepenuhnya
bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya,
hal ini dikarenakan keterbatasan waktu, pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
penyusun, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan adanya saran dan kritik
yang sifatnya membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Pada kesempatan ini, penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya tugas ini, semoga Allah SWT, membalas amal kebaikannya. Amin.
Dengan segala pengharapan dan
doa semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan
bagi pembaca umumnya.
Karawang, 20 Maret 2017
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Secara harafiah filsafat yaitu philosophy,
adapun istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia,
yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan,
tertarik kepada) dan shopia (hikmah, kebijaksanaan,
pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Jadi secara
etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Plato menyebut
Socrates sebagai philosophos (filosof) dalam pengertian
pencinta kebijaksanaan. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau
sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang
dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang
sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin
melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala
hubungan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat
menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan
akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan hukumnya.
Matematika adalah sebuah cabang dari ilmu pengetahuan
yang sudah muncul dari berabad abad tahun yang lalu, permasalahan matematika
muncul berbeda beda pada tiap tiap jaman tertentu baik pada jaman Negara
Mesopotamia, Babilonia, Mesir, dan Yunani. Dari negara negara itulah mereka
berusaha untuk mempelajarai dan mengkaji lebih lanjut mengenai permasalahan
matematika. Mereka melakukannya dengan cara abstraksi dan cara idealis. Mereka
berusaha untuk mencari fakta bahwa ilmu itu bersifat tetap atau berubah ubah,
seperti tokoh yang menganut bahwa ilmu itu tetap adalah Permenides dan tokokh
yang menganut bahwa ilmu itu bersifat berubah ubah adalah Heraclitos.
Dari hal tersebut munculah berbagai
intuisi-intuisi sehingga muncul filsafat pendidikan matematika, hal ini juga
didasari bahwa menemukan filsafat matematika itu dengan berpikir secara
ekstensi yaitu berpikir secara seluas luasnya dan berpikir secara intensi yaitu
berpikir secara sedalam dalamnya.
B.
Rumusan
Masalah
Ø
Apa itu filsafat
Ø
Apa itu filsafat
pendidikan dan filsafat pendidikan matematika
Ø
Apa hubungan filsafat
dengan filsafat pendidikan matematika
C.
Tujuan
Ingin memberitahukan
kepada pembaca yang budiman tentang filsafat, filsafat pendidikan dan filsafat
pendidikan matematika dan apa hubungannya filsafat dengan filsafat pendidikan
matematika dan juga sebagai memenuhi tugas kuliah filsafat pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Filsafat
Secara etimologi, kata “filsafat/falsafah”
merupakan kata serapan dari bahasa Arab , yang juga diambil dari bahasa
Yunani Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa Yunani, kata philosphia merupakan
kata majemuk dan berasal dari kata-kataphilia=persahabatan, cinta)
dan sophia=kebijaksanaan. Sehingga arti harafiahnya adalah seorang
pecinta kebijaksanaan.
Dalam membangun tradisi filsafat, banyak orang
mengajukan pertanyaan yang sama, menanggapi, dan meneruskan karya-karya
pendahulunya sesuai dengan latar belakang budaya, bahasa, bahkan agama tempat
tradisi filsafat itu dibangun.
Secara Terminologi, Filsafat mempunyai banyak
sekali definisi tergantung dari siapa yang mendefinisikannya, bahkan setiap
orang memiliki definisi tersendiri mengenai filsafat. Dalam hal ini, akan
dijelaskan beberapa definisi dari beberapa ahli filsafat (filsuf), antara lain,
sebagai berikut:
Para filsuf merumuskan pengertian filsafat sesuai
dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Seorang Plato
mengatakan bahwa : Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai
pengetahuan kebenaran yang asli. Sedangkan muridnya Aristoteles berpendapat
kalau filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang
terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika. Lain halnya dengan Al Farabi yang berpendapat bahwa
filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang
sebenarnya. Berikut ini disajikan
Beberapa pengertian
Filsafat menurut beberapa para ahli:
1.
Plato ( 428 -348 SM ) :
Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
2.
Aristoteles ( (384 – 322
SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda.
Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang
sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
3.
Cicero ( 106 – 43 SM ) :
filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “ (the mother of all the
arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni
kehidupan).
4.
Johann Gotlich Fickte
(1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu, yakni
ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau
jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu
mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
5.
Paul Nartorp (1854 –
1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan
kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang
memikul sekaliannya .
6.
Immanuel Kant ( 1724 –
1804 ) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari
segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
1.
Apakah yang dapat kita
kerjakan ?(jawabannya metafisika )
2.
Apakah yang seharusnya
kita kerjakan (jawabannya Etika )
3.
Sampai dimanakah harapan
kita ?(jawabannya Agama )
4.
Apakah yang dinamakan
manusia ? (jawabannya Antropologi )
7.
Notonegoro: Filsafat
menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang
tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.
8.
Driyakarya : filsafat
sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan
berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa
yang penghabisan “.
9.
Sidi Gazalba:
Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran , tentang
segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan
universal.
10. Harold H. Titus (1979 ): (1) Filsafat adalah
sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya
diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau
pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2) Filsafat
adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3) Filsafat
adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan
pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian
manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
11. Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang
menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta
dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap
manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
12. Prof. Mr.Mumahamd Yamin: Filsafat ialah
pemusatan pikiran , sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam
kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.
13. Prof.Dr.Ismaun, M.Pd. : Filsafat ialah usaha
pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh
, yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan
radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan
kearifan atau kebenaran yang sejati.
14. Bertrand Russel: Filsafat adalah sesuatu yang
berada di tengah-tengah antara teologi dan sains. Sebagaimana teologi ,
filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah yang
pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak bisa
dipastikan;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal manusia
daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.
Dari semua pengertian filsafat secara
terminologis di atas, dapat ditegaskan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan
yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan
sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi
tersebut.
A.
pengertian
pendidikan
Secara universal, pendidikan dapat didefinisikan
sebagai suatu cara untuk mengembangkan ketrampilan, kebiasaan dan sikap-sikap
yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi warga negara yang baik,
tujuannya untuk mengembangkan atau mengubah kognisi, afeksi dan konasi
seseorang.
Menurut Wikipedia, pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.
Menurut UU Sisdiknas No. 2
tahun 1989: “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di
masa yang akan datang.
Menurut UU Sisdiknas No. 20
tahun 2003: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Adapun
definisi-definisi lain mengenai pendidikan dari para ahli akan dijelaskan
sebagai berikut:
1.
Menurut
Langefeld, Mendidik adalah membimbing anak dalam mencapai kedewasaan.
2.
Menurut
, Heageveld Mendidik adalah membantu anak dalam mencapai kedewasaan.
3.
Menurut
Bojonegoro, Mendidik adalah memberi tuntunan kepada manusia yang belum dewasa
dalam pertumbuhan dan perkembangannya sampai tercapai kedewasaannya.
4.
Menurut
Ki Hajar Dewantara, Pendidikan adalah segala daya upaya untuk memajukan budi
pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup
yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
5.
Menurut
Rosseau, Mendidik adalah memberikan pembekalan yang tidak ada pada masa
anak-anak, tapi dibutuhkan pada masa dewasa.
6.
Menurut
Darmaningtyas, Pendidikan adalah usaha dasar dan sistematis untuk mencapai
taraf hidup dan kemajuan yang lebih baik.
7.
Menurut
Paulo Freire, Pendidikan merupakan jalan menuju pembebasan yang permanen dan
terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah masa di mana manusia menjadi sadar
akan pembebasan mereka, yang melalui praksis mengubah keadaan itu. Tahap kedua
dibangun atas tahap yang pertama, dan merupakan sebuah proses tindakan kultural
yang membebaskan.
8.
Menurut
John Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal
ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa
dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk
menghasilkan kesinambungan sosial. Proses ini melibatkan pengawasan dan
perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok di mana dia hidup.
9.
Menurut
H.Home, Pendidikan adalah proses yang terus-menerus (abadi) dari penyesuaian
yang lebih tinggi dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam
sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.
10. Menurut Frederick J. Mc Donald,
Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan merubah tabiat.
11. Menurut Ahmad D. Marimba,
Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang
utama.
12. Menurut Djayakarta, Pendidikan
adalah memanusiakan manusia muda, maksudnya pengangkatan manusia muda ke tahap
insani. Inilah yang menjelma dalam semua perbuatan mendidik.
13. Menurut Sir Godfrey Thomson,
Pendidikan adalah pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan
perubahan-perubahan yang permanen di dalam kebiasaan-kebiasaan tingkah laku,
pikiran, dan sifatnya.
Dari beberapa pendapat mengenai
pendidikan, maka dapat dirangkum definisi pendidikan sebagai berikut:
pendidikan adalah proses memajukan budi pekerti yang terus menerus dengan cara
memberikan pembekalan kepada seseorang agar bisa hidup dan menghidupkan anak
yang selaras dengan masyarakatnya, sehingga terbentuk kepribadian yang utama,
kebiasaan-kebiasaan, tingkah laku dan sifatnya yang permanen, untuk
menghasilkan kesinambungan sosial.
B.
Pengertian Matematika
Matematika berasal dari bahasa Yunani Kuno
μάθημα (máthēma), yang berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu yang ruang
lingkupnya menyempit, dan arti teknisnya menjadi pengkajian matematik. Kata
sifatnya adalah μαθηματικός (mathēmatikós), berkaitan dengan pengkajian,
atau tekun belajar, yang lebih jauhnya berarti matematis. Secara
khusus, μαθηματικὴ τέχνη (mathēmatikḗ tékhnē),
di dalam bahasa Latin ars mathematica, berarti seni matematika.
Bentuk jamak sering dipakai di dalam bahasa
Inggris seperti juga di dalam bahasa Perancis les mathématiques, merujuk pada bentuk jamak bahasa Latin yang
cenderung netral mathematica (Cicero), berdasarkan bentuk jamak bahasa Yunani τα μαθηματικά (ta mathēmatiká), yang
dipakai Aristoteles, yang terjemahan kasarnya berarti “segala hal yang
matematis”. Di dalam ragam percakapan, matematika kerap kali disingkat sebagai
“math” di Amerika Utara dan “maths” di tempat lain.
C. Hubungan Filsafat dan Pendidikan
1. Hubungan keharusan
Berfilsafat berarti mencari nilai-nilai ideal
(cita-cita) yang lebih baik sedangkan pendidikan mengaktualisasikan nilai-nilai
ini dalam kehidupan manusia. Pendidikan bertindak mencari arah yang terbaik,
dengan berbekal teori-teori pendidikan yang diberikan antara lain oleh
pemikiran filsafat.
2.
Dasar
Pendidikan
Filsafat mengadakan tinjauan yang luas terhadap
realita termasuk manusia, maka dibahas antara lain pandangan dunia dan
pandangan hidup. Konsep-konsep ini selanjutnya menjadi dasar atau landasan
penyusunan tujuan dan metodologi pendidikan.
Pengalaman pendidik dalam realita menjadi
masukan dan pertimbangan bagi filsafat untuk mengembangkan pemikiran
pendidikan.
Adapun manfaat
mempelajari filsafat pendidikan, antara lain:
1.
Menjadikan mahasiswa
lebih kritis dan lebih dapat berpikir reflektif dalam memandang persoalan
pendidikan.
2.
Memperluas cakrawala
berpikir mahasiswa agar lebih arif dalam memahami problem pendidikan.
3. Memecahkan problem-problem dasar kependidikan
dengan menggunakan kebebasan intelektual dan tanggung jawab sosial
D. Hubungan Filsafat Dengan Pendidikan
Matematika
Lemahnya
pendidikan matematika di Indonesia merupakan akibat tidak diajarkannya filsafat
atau latar belakang ilmu matematika. Dampaknya, siswa, bahkan mahasiswa, pandai
mengerjakan soal, tetapi tidak bisa memberikan makna dari soal itu. Matematika
hanya diartikan sebagai sebuah persoalan hitung-hitungan yang siap untuk
diselesaikan atau dicari jawabannya.Demikian diungkapkan Prof Dr Maman A
Djauhari guru besar dari ITB dalam acara pembukaann Konferensi Matematika dan
Statistika antara Indonesia-Malaysia, yang digelar di Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Kamis (11/1) siang. Konferensi untuk kedua
kalinya ini digelar selama dua hari,11-12 Januari, diikuti para pakar
matematika dan statistika dari Malaysia dan Indonesia dengan pemaparan hasil
kajian oleh lima orang doktor dan profesor dari Malaysia.
Pengguna
Ilmu Dikatakan Maman, karena tidak menyampaikan tentang filsafat
matematika, ke depan Indonesia masih tetap sebagai bangsa yang hanya sebagai
pengguna ilmu, bukan penemu ilmu. ”Kondisi ini sangat memprihatinkan, karena
memang pola pendidikan kita mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi,
tidak diposisikan sebagai orang yang disiapkan untuk menjadi penemu ilmu. Siswa
dan mahasiswa lebih diposisikan sebagai pengguna ilmu. Fakta ini sangat memprihatinkan
dibanding dengan kita dicap hanya sebagai bangsa pengguna teknologi,” katanya.
Akibat dari semua itu kata dia, sering ditemui siswa atau mahasiswa tidak mampu
memberikan penjelasan atau interpretasi terhadap sebuah soal dalam
matematika.Misalnya, Maman menyodorkan sebuah contoh, betapa para siswa SMA dan
mahasiswa akan dengan mudah dan dipastikan benar, manakala diminta untuk
mengerjakan soal determinan dari sebuah materik.
Tapi
ketika ditanya lebih lanjut apa makna dan pengertian dari determinan yang telah
dikerjakannya itu, hampir dapat di-pastikan, tidak ada yang mengerti. Inilah
problem dasar pada pendidikan matematika kita di Indonesia. Siswa atau
mahasiswa tidak dibiasakan untuk menginterpretasikan sebuah persoalan. Padahal,
kita tahu, matematika itu adalah interpretasi manusia terhadap fenomena alam,”
katanya. Terhadap kelemahan itu, kata Maman memang tidak ingin kemudian
melakukan perubahan terhadap kurikulum matematika yang sudah ada, tapi ia hanya
berharap ada perubahan paradigma dan cara pandang baru tentang bagaimana
unsur-unsur filsafat itu bisa diberikan kepada siswa dan mahasiswa. “Tentu ini
ditujukan kepada para guru dan dosen agar apa yang diberikan kepada para
peserta didiknya harus dilengkapi dengan berbagai penjelasan dan latar belakang
terhadap sebuah rumus yang telah diyakininya itu, sebagai sebuah pengetahuan
filsafat,”
Filsafat ilmu
pendidikan matematika dapat dibedakan dalam tiga macam yaitu :
A. Ontologi ilmu pendidikan
matematika
Ontologi adalah teori mengenai apa yang ada,
dan membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan
tertentu. Eksistensi dari entitas-entitas matematika juga menjadi bahan
pemikiran filsafat. Adapun metode-metode yang digunakan antara lain
adalah:abstraksi fisik yang dimana berpusat pada suatu obyek, Abstrksi bentuk
adalah sekumpulan obyek yang sejenis, Abstraksi metafisik adalah sifat obyek
yang general. Jadi, matematika ditinjau dari aspek ontologi, dimana aspek
ontologi telah berpandangan untuk mengkaji bagaimana mencari inti yang yang
cermat dari setiap kenyataan yang ditemukan, membahas apa yang kita ingin
ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, menyelidiki sifat dasar dari apa yang
nyata secara fundamental.
B. Epistemologi Matematematika
Epistemologi merupakan salah satu bagian dari
filsafat dimana pemikiran reflektif terhadap segi dari pengetahuan seperti
kemungkinan, asal-mula, sifat alami, batas-batas, asumsi dan landasan,
validitas dan reliabilitas sampai kebenaran pengetahuan.
Jadi, matematika jika ditinjau dari aspek epistemologi,
matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan
pengukuran secara kuantitatif. Dengan konsep-konsep yang kongkrit, kontektual,
dan terukur matematika dapat memberikan jawaban secara akurat. Perkembangan
struktur mental seseorang bergantung pada pengetahuan yang diperoleh siswa
melalui proses asimilasi dan akomodasi
C. Aksiologi Matematika
Aksiologi yaitu nilai-nilai, ukuran-ukuran
mana yang akan dipergunakan dalam seseorang mengembangkan ilmu. Aksiologi :
Filsafat nilai, menguak baik buruk, benar-salah dalam perspektif nilai
Aksiologi matematika sendiri terdiri dari etika yang membahas aspek kebenaran,
tanggungjawab dan peran matematika dalam kehidupan, dan estetika yang membahas
mengenai keindahan matematika dan implikasinya pada kehidupan yang bisa
mempengaruhi aspek-aspek lain terutama seni dan budaya dalam kehidupan. Jadi,
jika ditinjau dari aspek aksiologi, matematika seperti ilmu-ilmu yang lain,
yang sangat banyak memberikan kontribusi perubahan bagi kehidupan umat manusia
di jagat raya nan fana ini. Segala sesuatu ilmu di dunia ini tidak bisa lepas
dari pengaruh matematika. Dimulai dengan pertanyaan dasar untuk apa penggunaan
pengetahuan ilmiah?Apakah manusia makin cerdas dan makin pandai dalam mencapai
kebenaran ilmiah,maka makin baik pula perbuatanya.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Filsafat
tidak bisa lepas dari lingkup kehidupan, termasuk di dalam mempelajari bidang
pendidikan matematika. Filsafat dibutuhkan manusia untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam berebagai lapangan kehidupan manusia.
Jawaban itu merupakan hasil pemikiran yang sistematis, integral, menyeluruh,
dan mendasar.
Filsafat
pendidikan matematika mencakup tiga hal yaitu: tujuan dan nilai pendidikan
matematika, teori belajar, teori mengajar. Tujuan pendidikan matematika
hendaknya mencakup keadilan sosial melalui pengembangan demokrasi pemikiran
kritis dalam matematika. Siswa seharusnya mengembangkan kemampuan yang mereka
miliki untuk menganalisis masalah matematika.
Pendidikan matematika diharapkan mampu memberikan penguatan kepada siswa, hal ini berarti siswa berfikir matematika dalam kehidupan sehari-hari serta mampu menggunakannya sebagai praktik penerapan matematika.
Pendidikan matematika diharapkan mampu memberikan penguatan kepada siswa, hal ini berarti siswa berfikir matematika dalam kehidupan sehari-hari serta mampu menggunakannya sebagai praktik penerapan matematika.
Penguatan
kepada siswa dalam pendidikan matematika memiliki tiga dimensi, yaitu (1) siswa
memiliki kemampuan matematika, (2) siswa memiliki kemampuan untuk menggunakan
matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan (3) siswa percaya akan kemampuan
mereka.
Teori belajar menggambarkan pentingnya siswa belajar secara aktif menggunakan matematika dengan tujuan untuk mempelajarinya. Konsep matematika saling berhubungan, dalam hal ini siswa perlu memahami sebuah konsep awal sebelum mempelajari topik selanjutnya.
Teori belajar menggambarkan pentingnya siswa belajar secara aktif menggunakan matematika dengan tujuan untuk mempelajarinya. Konsep matematika saling berhubungan, dalam hal ini siswa perlu memahami sebuah konsep awal sebelum mempelajari topik selanjutnya.
Dalam
teori mengajar, pertama,
seorang guru matematika seharusnya merencanakan kegiatan yang membangun
konstruksi pengetahuan subjektif melalui percakapan serta menyediakan kelas
yang demokratis dan menguatkan cara berpikir kritis serta keterlibatan sosial. Kedua, seorang guru matematika
mengajar dengan menggunakan pendekatan problem solvingi (pemecahan masalah),
inkuiri, problem possing, open ended, di dalam kurikulum mengajarnya dan
menggambarkan masalah atau topik dari kontek sosial yang relevan. Ketiga, mengajar matematika
adalah berkaitan dengan memfasilitasi proses belajar siswa oleh karenanya, guru
yang baik mensyaratkan sebuah kombinasi dari kompetensi mata pelajaran
matematika, gaya dan strategi mengajar yang flesibel, dan memperhatikan
emosional dan sosial yang sesuai dengan kebutuhan kognitif siswa.
DAFTAR PUSTAKA
graphite titanium babyliss pro
BalasHapus› store › graphite-tin › westcott titanium scissors store › graphite-tin Mar 10, 2016 — Mar 10, 2016 A high-carbon titanium bar graphite babyliss pro titanium hair dryer structure with an effective UV radiation exposure is produced by using titanium wood stove a t fal titanium simple atomic magnet.
i019x4kjcoe442 Bullets And Eggs,dildo,sex chair,huge dildos,sex chair,silicone sex doll,glass dildos,adult sex toys,sex toys v483h8jqqyr245
BalasHapus